Kiprah menantu Kyai Lazim Kembang Kuning
Pamekasan ini sedikit 'aneh' dan 'antik' menurut pengakuan
masyarakat sekitar dan para santrinya yang beralasan bahwa al Marhum Kyai Ishaq ini
pemelihara macan putih (ghaib) dan tak sedikit masyrakat sekitar yang
pernah melihat wujudnya langsung. Mungkin ini yang dibilang aneh dan
antik itu.
Beliau nyaris
tidak pernah untuk tidak menghadiri
undangan orang lain apalagi tetangganya. Ya Beliau pernah berujar: "Mun
e yonjheng oreng kentareh, mun gi' bisa'ah jelen, neser kareh alaola karnah
ngonjhenga abek" (Kalau di undang orang hadirlah, walaupun sedang
tidak enak badan selagi masih bisa jalan, tidak lumpuh, kasihan mereka sudah mempersiapkan
hidangan jauh hari sebelumnya yang akan disuguhkan pada kita). Beliau memang
cukup pandai membahagiakan hati orang lain. Nabi Muhammad SAW. bersabda: (Yang
artinya) "Sebaik-baik amal ibadah ialah membuat oranglain senang dan
bahagia".
Belajar di Pesantren Banyu Anyar Pamekasan
dibawah bimbingan Kyai Baidlowi Itsbat, menjadikannya sosok Kyai ahli ibadah,
sederhana, istiqomah, merakyat, dermawan dan disegani. Nama lengkapnya
adalah Ishaq bin Ismail bin Abdurrohman bin Thoha. Kakeknya, Kyai Abdurrohman
bin Thoha adalah abdi sebagai Keh Pangoloh Ganding, istilah masyarakat Madura bagi pejabat urusan agama
disuatu daerah yang diangkat oleh raja. Berbakti dan takdzim pada guru,
keluarga guru dan ahlul ilmi adalah salah satu yang dibanggakan dan patut ditiru
dari diri Beliau. Contoh singkat bagaimana saat nyantri, Beliau menyapu seluruh
halaman Pesantren terlebih halaman Ndalem (Rumah Kiyai) tanpa ada
perintah, tak ayal semua teman-temannya senang dan pastinya sang guru
meridloinya. Dan di usia senjanya, Putra dari Kyai Muhammad Banyu Anyar yang
kala itu masih aktif di pesantren Sarang Rembang bertamu ke Beliau atas saran
Ayahnya, Kyai Muhammad untuk mengaji ke Beliau. Namun dengan menunduk Beliau
menolak halus permintaan cucu gurunya tersebut, "Tabhelik, Abdinah Ra
(Lora, sebutan untuk Putra Kiyaidi
Madura) se ngajieh ka Ajunan" (sebaliknya kyai, bahkan saya yang
ingin ngaji ke Sampean). ujarnya penuh tawadluk.
Di pesantren
yang didirikannya pun , Nurul Jadid yang berlokasi di Rosong Desa Karay, Kec. Ganding
Kab. Sumenep . Beliau kerap kali mengumandangkan Adzan, biasanya Adzan Dhuhur
karena disaat yang sama para santrinya masih belajar di Madrasah. Dan melalui
wasilah Beliau dan akhlak mulia Beliau, banyak saudara kita keturunan Cina yang
belum beriman membaca Syahadat dihadapannya, Subhanallah. Ada sebuah ungkapan
dari teman sejawatnya: "Keh Ishaq rowah mun ka ka'alemnah tak paddeng, se paddeng barokah gurunah ben
pesantrenah". (Kyai Ishaq itu kalau dari segi keilmuannya tak begitu
menonjol, yang nampak dari Beliau adalah barokah dan ridlo guru dan
pesantrennya).
Setruman yang kuat dari gurunya dan pada
gurunya itulah membawanya kedalam tidurnya.Ya Beliau bermimpi gurunya, Kyai
Baidlowi Itsbat membaca dan memaknai kitab Bidayatul Hidayah karya Hujjatul
Islam Imam al-Ghozali kepada Beliau sampai hatam. Dan uniknya
pengajian dalam mimpi ini berlangsung di tiap malam Kamis sampai lebih kurang
empat (4) bulan lamanya. Setelah hatam, dimalam Kamis berikutnya Beliau masih
memimpikan sang guru, dan kali ini adalah acara selamatan hatam kitab Bidayah
malam Kamis sebelumnya di sebuah masjid Parebaan Ganding, masjid peninggalan
Raja Sumenep. Menurut pengakuan Beliau, yang hadir diacara hataman itu selain
Kyai Baidlowi Itsbat adalah para Kyai Pesantren Guluk-guluk, Pesantren Karay
dan lain-lain. Dan Kyai Baidlowi Itsbat dalam mimpi itu memangkunya dan
menyuapi susu padanya.Dan ternyata kisah malam Kamis ini belum usai. Ya sepekan
kemudian (malam Kamis tentunya) Beliau kembali memimpikan gurunya itu
mengajaknya ke sebuah tempat indah dan sangat terang penuh cahaya, lalu gurunya
berkata:" ya' tang kennengan! " (ini tempat saya!),
Masyaallah. Dan saat menjelang Shubuh di malam itu Ia menerima telegram bahwa
sang guru Kyai Baidlowi Itsbat telah wafat beberapa waktu sebelumnya.
al Fatihah..........
sumber ; dikutip dari kronologi Facabook Epang Omang
Rosong
Essip
BalasHapus