Disiplin
merupakan suatu hal yang begitu penting dalam pendidikan. Saking
pentingnya, Disiplin dan pendidikan bagaikan mobil dan bannya yang tidak dapat
dipisahkan. Kata disiplin bisa di implementasikan dalam semua aspek
kehidupan, terutama prihal pendidikan baik disiplin waktu sampai berpakaian.
Walaupun kedisiplinan
sangat urgen dalam pendidikan, mayoritas mahasiswa khususnya di internal Kampus
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri tidak menghiraukan bahkan acuh tak
acuh terhadap kedisiplinan. Hal ini bisa dibuktikan dengan begitu banyaknya
fakta yang mungkin mahasiswa itu melakukannya, seperti datang terlambat, tidak
pakai sepatu, dan bahkan ada sebagian mahasiswa hanya masuk disaat ujian saja. Semuanya
itu sangatlah mengironiskan.
Lebih
ironisnya lagi, bukan hanya para mahasiswanya saja yang melegitimasi kebiasaan
buruk ini. Akan tetapi, Sebagian dosen dan pegawainya pun ikut berpartisipasi
melanggengkan hal ini. Seperti halnya para Mahasiswa diwajibkan membayar
registrasi dan mengisi Kartu Rencana Study (KRS), tetapi nilai-nilai matakuliah
semester sebelumnya belum juga keluar, apa kata dunia?. Begitupun kegiatan
belajar mengajar yang kurang efektif. Kalau dihitung, dalam satu semester saja
hanya ada 16 kali pertemuan per matakuliah, itu juga belum dipotong dengan
ketidakhadiran dosen untuk beberapa kali pertemuan yang di perkuat dengan
alasan kepentingan yang bersifat privasi. Emangnya mahasiswa di mata bapak itu tidak
penting?. Lebih kejamnya lagi, ketika ada Dosen dengan santainya tidak memakai
Sepatu. Bukannya memperlihatkan etika yang baik terhadap mahasiswanya, tetapi
malah justru memperlihatkan etika yang sangat tidak rasional dan etis untuk
ditiru.
Berbagai
Masalah terkait ketidakdisiplinan sebenarnya bukan fakta baru dalam kampus
tercinta ini. Sudah bertahun-tahun fakta ini tidak dapat terselesaikan. Sekalipun
beberapa solusi muncul ke permukaan,
namun kurangnya kesadaran, pengawasan
dan koordinasi yang maksimal selalu menjadi kambing hitam yang
akhirnya berimbas pada kegagalan revolusi disiplin ini.
Untuk
menanggulangi hal ini, tentu diperlukan kesadaran dari semua pihak untuk
berdisiplin sepenuh mungkin ( full of disciplined). Kesadaran itu muncul
dari individu yang punya keinginan untuk berubah. Bisa juga melalui sistem yang
tersetting dengan baik (ketat) untuk membentuk kesadaran kolektif.
Ketika
kesadaran disiplin sudah mulai tumbuh dan tertanam, kemudian di bingkai dengan
sistem pendidikan yang memadai untuk melanggengkan tradisi baik ini, maka
terealisasilah revolusi disiplin, sehingga sinergi dari semua civitas akademika
kampus akan lebih harmonis.
*Artikel ini
dikutip dari Blog LP2m.iai-tribakti.ac.id
**Mahasiswa
prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
10 Februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar