Jumat, 11 September 2015


  Kiai Kafabihi, Rektor  Sederhana Dan Agamis
                                                     Oleh: Khairul Mufid
 KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus Bersama Istrinya

Nama lengkap beliau adalah Abdullah Kafabihi Mahrus. Lahir di Kediri tanggal 2 September 1960. Beliau adalah putra ke 12 dari 14 bersaudara dari pasangan KH.Mahrus Aly dan Ny. Hj Zainab dan cucu dari pendiri Pondok Pesantren Lirboyo kota Kediri yakni KH. Abdul Karim. Beliau sekarang bertempat tinggal di ndalem yang ada di Pondok Unit HMC tepatnya di  JL.KH. Abdul Karim Rt.01 Rw.01 desa Lirboyo kecamatan Mojoroto Kota. Kediri. Secara geografis,  ditinjau dari arah sebelah timur P3HMQ, terletak 100 M dari pondok induk Lirboyo dan jika dari arah sebelah barat balai desa Lirboyo, juga 100 M. Sebelum dihuni oleh beliau, rumah tersebut di huni oleh kakak kandungnya yang bernama Al marhum Al Maghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus.
Semasa kecil, beliau adalah sosok anak yang terbilang bandel. Mungkin hal ini dikarenakan beliau lebih condong untuk menggulati dunia pendidikan umum dari pada dunia pesantren, padahal ayahandanya, KH. Mahrus ‘Aly lebih meridloi beliau untuk lebih fokus dalam menggeluti ilmu agama. Hingga suatu hari beliau dipanggil ayahandanya, beliau ditunjukkan buku aljabar oleh ayahandanya dan ditanya “ Ini pelajaran apa? Untuk apa belajar seperti ini? ”. Sejak saat itulah beliau terketuk hatinya untuk lebih mendalami ilmu agama dari pada pendidikan umum.
Sewaktu masih muda, beliau  mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo tepatnya di Madrsah Hidayatul Mubtadien. Setelah tamat, beliau memperdalam ilmunya di Pon-Pes Al-Fadllu Kaliwungu, Kendal yang pada saat itu diasuh oleh KH.Dimyathi Ro’is.
Dalam usia yang relatif muda ( kira-kira 25 tahun ), Beliau sudah mengemban amanat yang cukup besar yaitu meneruskan perjuangan ayahnya untuk mengasuh pondok pesantren. Pada tanggal 30 September 1985, Beliau telah berhasil mengikuti salah satu tindak lampah Rosulullah yakni menikah. Seorang wanita solehah  yang berasal dari Cirebon ( Ny.Hj.Azzah Nur Laila ) telah dipilih oleh KH. Mahrus Aly sebagai menantu beliau. Dari prosesi pernikahan yang dilakukan oleh KH.Mahrus Aly tersebut, alhamdulillah hingga saat ini Beliau dan keluarga hidup sakinah, mawaddah, warrohmah.
Beliau adalah seorang yang aktif dalam berorganisasi. Beberapa organisasi besar yang pernah beliau ikuti adalah PCNU Kota Kediri selama Dua priode (2004-2012) sebagai pengurus, PBNU Pusat (2010-2015) sebagai Katib Syuriah, dan MUI Kota Kediri (2009-sekarang) sebagai Ketua. Beliau sekarang juga menjadi salah satu Pengasuh utama Pon-Pes Lirboyo dan menjadi Rektor Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri meneruskan amanah yang pernah dipegang oleh ayahnya KH.Mahrus Aly dan kakaknya KH. Imam Yahya Mahrus.
Ada sesuatu yang unik dari beliau yang mungkin tidak ada ditemukan di seluruh dunia, yaitu beliau tidak pernah kelihatan memakai celana, dalam kegiatan apapun.”Walaupun kapasitas saya sebagai Rektor, tapi saya terikat dengan Pon-Pes Lirboyo, karena Pon-Pes itu selalu identik dengan Sarungan”. Jelas beliau 
Sebagai Rektor IAIT, dikalangan Mahasiswa Beliau dikenal sebagai seorang yang pendiam, sabar, istiqomah, pengertian dengan orang lain, ‘alim, dan ilmu tasawwufnya sangat tinggi. Terbukti ketika beliau menyampaikan mauidzah hasanahnya dan ketika bertingkah laku menunjukkan kealimannya terutama dalam bidang ilmu Tashawwuf. Tidak hanya itu, ketika Beliau diundang oleh organisasi yang berkaitan dengan kemahasiswaan ataupun lembaga kemasyarakatan selalu menghadirinya walaupun sebentar, kecuali ada halangan yang begitu penting. Hal demikianlah salah satu sifat dari beliau yang disukai oleh para mahasiswa sehingga mereka kagum terhadap beliau.
Beliau juga berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan IAIT,  hal itu, direalisasikan dengan  dibangunnya gedung-gedung baru yang masih dalam proses untuk memenuhi kekurangan ruangan selama ini dan untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar di IAIT,
Dengan didirikannya Kampus IAIT dari masanya KH. Mahrus Aly, beliau berusaha  agar Mahasiswanya meneruskan cita-cita ayahnya yakni untuk menjadi Ulama’ intelektual yang sesuai dengan keadaan zamannya. Selain itu beliau juga ingin mahasiswanya yang sudah lulus dari IAIT agar memikirkan dan peduli akan keadaan masyarakat dan negara, serta menjadi pemain utama untuk memperbaiki akhlak seluruh manusia agar mempunyai akhlak yang karimah (prilaku yang mulia). Menurut beliau mayoritas manusia zaman sekarang hanya mempunyai kepandaian tanpa disertai akhlaq yang baik. Manusia seperti itu sangatlah berbahaya dan akan bisa menghancurkan segala-galanya. Beliau memberi pesan kepada Mahasiswa IAIT agar terlebih dahulu  mendalami ilmu-ilmu agama dengan sangat mendalam, kemudian baru ilmu-ilmu lain. karena ilmu agama itu sebagai pondasi setiap manusia untuk hidup. Manusia yang telah menguasai Ilmu Ilmu agama secara otomatis juga akan mengetahui ilmu -ilmu umum sebagaimana yang dikatakan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddinnya.

 Sumber:
·         Wawancara dengan KH. Abdulloh Kafa Bihi Mahrus 08 Des 2014
·         Wawancara dengan Mahasiswa IAIT 09 des 2014
·         Hmqlirboyo.blogspot.com/p/profil/html

4 komentar: