Islam
Bukan Agama Radikal dan Radikal dalam Islam Harus Dimusnahkan
Seiring dengan makin marak dan menyebarnya doktrin-doktrin yang
mengaku dan mengatasnamakan Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa Institute (BEM-I) mengadakan
Seminar Internasional yang diisi oleh 3
Pemateri dari Mesir, Amerika serikat, dan Indonesia di Aula Pascasarjana IAIT
kediri pada Hari Kamis 26 Februari 2015. Seminar ini mengusung Tema Doctrin Of Islamic Radicalsm In Middle East “Doktrin Islam Radikal Di Timur Tengah”.
Berdasarkan pantauan Wartawam Caraka, Peserta seminar sangat
berantusias untuk mengikuti acara pada siang itu. Hal itu dibuktikan dari
jumlah peserta hadir di absensi yang
melebihi 150 peserta. Angka itu tidak
seperti Seminar-seminar lain yang biasanya tidak sampai 70 peserta. ”Seminar
internasional kali ini sangatlah ramai dan seru tidak seperti biasanya. kalau
bisa, acara semacam ini sering diadakan karena akan menambah wawasan
pengetahuan dan wacana kekinian tentang Islam khususnya bagi Mahasiswa di
Tribakti” tutur Hasan (20) salah satu peserta Seminar saat diwawancarai Wartawan
Caraka.
Pada acara seminar kali ini, Tiga pembicara dihadirkan oleh Panitia
dari berbagai belahan dunia yang pertama adalah Syekh Wahid Muhammad, Guru
Besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Kedua adalah Geogre vanderbit Ph.D,
peneliti Terorisme dari Universitas California Amerika Serikat dan yang ketiga
adalah KH. Reza Ahmad Zahid Lc. MA dari
Indonesia yang juga menjabat sebagai wakil Rektor di IAIT.
Pemateri pertama, yakni Syekh Wahid pada pembahasan pertama
langsung Mengkritik atas tema seminar kali ini yang menyangkutpautkan antara
radikalisme dan Islam. ”Saya tidak setuju radikalisme dikaitkan dengan islam.
Alasannya adalah karena islam bukan agama radikal, tidak mengajak terhadap
radikal. Nabi Muhammad tidak mengajak kepada ke-radikal-an. Islam adalah agama
yang toleran, memaafkan, adil dan mempunyai budi yang agung. Karena Nabi Muhammad
diutus bukan untuk membunuh tapi untuk menyempurnakan akhlaq. Nabi juga diutus
ke dunia ini tidak hanya untuk umat islam
tapi untuk seluruh penduduk alam semesta baik yang beragama kristen,
yahudi, penyembah berhala dan seluruh penghuni alam semesta ini. Rasulullah
diutus kepada kaumnya dengan nasehat yang baik, dengan penuh lemah lembut
meskipun mendapat perlawanan dan permusuhan dari orang yang tidak suka kepadanya”.
Tutur syekh Wahid dengan tegas.
Selain itu Syeikh Wahid juga mencotohkan bahwa Islam itu tidak
pernah radikal dari zaman Rasululllah sampai sekarang.” Dapat saya contohkan
Malaikat Jibril pernah datang ke Rasulullah dan mengatakan: wahai Rasulullah,
seandainya kamu menginginkan orang-orang yang menyakitimu dihancurkan, maka hal
tersebut bisa terwujud sekarang juga. tapi Rasulullah menjawab: Saya tidak
mengiginkan hal tersebut terjadi biarkan Allah SWT memberikan hikmah kepada
mereka sehingga dapat beriman dengan
hati yang tulus bukan dengan kediktatoran, radikalisme dan paksaan. Yang kedua,
Rasulullah penah memberi pelajaran kepada Ahli kitab kaum Nashroni dan Yahudi. ketika
ada jenazah orang Yahudi melintas di depan Rasulullah yang lagi duduk, kemudian
Rasulullah tiba-tiba langsung berdiri. Lantas para sahabat bertanya, ya
Rasulullah: kenapa anda berdiri?, bukankah jenasah ini adalah jasad orang
yahudi?, Rasulullah menjawab: walaupun ini jenazahnya Orang Yahudi, bukankah
ini sama-sama manusia yang juga harus untuk dihormati?. Ketiga, ada sebuah
kisah, dimana seorang Yahudi yang mempunyai anjing dan mempunyai rumah di
samping rumah Rasulullah. orang Yahudi itu tiap hari membuang kotoran anjingnya
di depan rumah Rasulullah. Pada suatu hari Rasulullah mengamati, tidak ada
sedikit kotoran pun di depan rumahnya seperti biasanya yang dibuang oleh orang
Yahudi. Lalu Rasulullah bertanya kepada Sahabatnya, “Dimana Orang Yahudi yang
biasanya naruh kotoran disini”? Sahabatnya menjawab: ”Dia sedang sakit.
Walaupun orang Yahudi itu lagi sakit tapi Rasulullah tidak sedikitpun senang.
Bahkan Rasulullah menjenguknya sambil menghiburnya”.papar syeikh Wahid. “kalau
diihat dari contoh tadi, berarti agama islam adalah agama yang toleran karena
Rasulullah tidak pernah mengajarkan radikalisme dan terorisme”. jelasnya.
Seikh
Wahid juga menambahkan bahwa keradikalan yang mengaku-ngaku dari agama Islam
dan mengatasnamakan Islam itu bukanlah muncul dari Islam.
“Yang terjadi di negara islam sekarang ini bukanah nilai-nilai
Islam dan ajaran Islam, tetapi itu adalah pemikiran yang kotor dan liar yang
bukan muncul dari Islam dan itu pemikiran yang ingin menghancurkan dan
memporak-porandakan agama Islam. Kita tidak pernah mendengar dalam sejarah
Islam bahwa islam memerangi musuhnya dengan membakar, menyembelih hanya karena
perbedaan ideologi. Semua itu hanyalah pemikiran liar, yang bertujuan untuk
menjelek-jelekkan Islam. sehingga akhir-akhir ini Islam dipandang miring oleh
masyarakat dunia. Mereka adalah musuh Islam yang kemudian merampas kekayaan
yang dimiliki negara-negara Islam dan ingin mencari pembenaran untuk
menghancurkan Islam. Dengan cara menagajak dan mengajari orang islam yang
kurang dalam keilmuan Islamnya, kemudian mendoktrinnya dan mengajarinya dengan
hadist padahal sebenarnya bukan hadist. Tapi semua itu merupakan kebohongan
yang mereka fungsikan untuk menipu orang Islam
sehingga mereka sendirilah yang nantinya akan dimanfaatkan untuk
menghancurkan negaranya sendiri” tambah beliau dengan suara lantang.
Di akhir pembicaraannya Syeikh Wahid memohon kepada Tuhan agar semua umat Islam
bisa memahami ajaran Islam dengan sebenar-benarnya dan semoga Allah
mengagungkan dan menjadikan Islam agama yang kuat dari segala godaan, tantangan
dan badai yang menyerangnya.
Pemateri kedua, Gregory Vanderblit P.hD, pada seminar kali ini
menjelaskan bahwa Terorisme dan radikalisme yang ada di dunia ini harus
dimusnahkan. Pak Gregory begitulah sapaannya, sangat menyayangkan kekerasan
yang terjadi begitu sering di Timur tengah seperti peperangan yang menyebabkan
ribuan nyawa hilang dan penghancuran situs-situs agama serta budaya. Pak
Gregory yang juga menjadi Dosen jurusan agama dan lintas budaya Unversitas Gajah Mada (UGM) menambahkan
pentingnya bertetangga sebaik mungkin antar agama. Karena dapat dipastikan,
ekstrimisme itu bukan hanya ada di satu agama saja, tapi di semua agama di
dunia ini. Oleh sebab itulah perdamaian harus dikenalkan dan diajarkan.
Bukan hanya itu, Pak Greg, yang berkewarnegaraan Amerika Serikat
mengkritik negaranya sendiri ”apa-apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang,
tidak lepas dari kebijakan Amerika yang mempunyai sejarah panjang di dalamnya
sehingga sekarang Amerika itu kehilangan kepercayaan dari negara-negara di dunia” tuturnya.
Di akhir pembicaraannya, Pak Greg berbicara kata-kata bijak dan
lucu. “Cintailah musuhmu dan doakanlah bagi yang menginiaya kamu. Terima kasih
matur suwun” ujarnya
Pada Pemateri terakhir Gus Reza, begitulah sapaannya, pada seminar
kali ini membicarakan Radikalisme secara umum” Kalau kita membahas teroris
alangkah lebih baiknya berbicara secara global, jangan menyebutkan nama
golongan-golongan yang mempunyai gerakan terorisme karena mereka akan keenakan,
mereka mendapatkan promosi gratis yang juga sering dibesarkan oleh majelis-majelis
semacam ini. Sekali lagi jangan pernah menyebutkan karena namanya terlalu kecil
untuk disebutkan dalam Majelis kita”. tuturnya dengan tegas, diiringi tepuk
tangan serentak dari peserta.
Menurut beliau, Terorisme itu bukan berasal dari Bahasa Madura ataupun
Sunda akan tetapi berasal dari Bahasa Latin Terere yang artinya adalah
gemetar atau menggetarkan. Dalam Bahasa
Indonesia terorisme dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan ketakutan
dan terorisme itu mempunyai watak sendiri .“Biasanya terorisme itu mempunyai
nilai atau watak mengagetkan atau shock value yang berguna untuk
mendapatkan perhatian. Tidak ada gerakan terorisme yang menggunakan gerakan
lemah lembut apalagi menggunakan rayuan yang langsung membuat mati mendadak.
Itu tidak mungkin” Ungkapnya.
Lebih jauh dari itu, Gus Reza juga membicarakan tentang radikalisme.
”Radikalisme itu secara bahasa mempunyai arti akar, menyeluruh, pangkal atau
bagian bawah. Dan radikalisme itu ada tahapan-tahapannya. Yang pertama adalah Pra
radikalisasi,dalam tahapan ini keadaan seseorang masih labih seperti kertas
putih dan belum ada virus radikal yang masuk kedalam dirinya. Tahapan yang
kedua adalah Identifikasi diri, biasanya kalau sudah masuk ke tahapan
ini bagi yang kena, maka seperti orang yang waswas atau taghayyur karena
sedang mencari jati dirinya dan selalu bertanya yang aneh-aneh seperti tentang
kebebasan, doktrin, aqidah dll. Selanjutnya tahapan yang ketiga adalah Indoktrinisasi,
orang-orang yang dasar agamanya sedikit maka mereka akan menjadi santapan empuk
bagi orang-orang radikal untuk mendoktrinnya. Mereka menjadi prioritas calon
anggota untuk dijadikan bagian dari kelompoknya. Sehingga ketika kalian sering
sendirian, ngelamun, sering aneh-aneh maka hati-hatilah dengan tamu yang
datang, siapa tahu mereka mengajak masuk kedalam jaringan terorisme atau radikalisme.
Ketika indoktrinisasi masuk maka mereka akan jadi kader dan masuk pada bagian tahapan
yang terakhir yakni Jihadisasi, dalam hal ini sudah masuk menjadi anggota dan
siap untuk berperang dan mengebom.tuturnya”
Ketika
sudah masuk dalam terorisme dan ingin keluar dari terorisme maka perlu adanya
rehabilitasi diantaranya rehabilitasi di Pesantren. Dari Badan Intelegen
Nasional mengakui bahwa Pondok Pesantren merupakan sebagian tempat rehab yang
paling manjur. Karena kalau hanya di lapas atau tahanan, ketika keluar dari
situ, mereka tetap jadi teroris, bahkan menjadi musuh Polisi dan penentang negara.
Bedahalnya dengan Pondok Pesantren yang merehab melalui hatinya dan ketika hatinya
luluh, maka akan kembali kejalan yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar