Sabtu, 12 September 2015


Islam Bukan Agama Radikal dan Radikal dalam Islam Harus Dimusnahkan 
                      Reporter: Khairul Mufid

Seiring dengan makin marak dan menyebarnya doktrin-doktrin yang mengaku dan mengatasnamakan Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa Institute (BEM-I) mengadakan Seminar  Internasional yang diisi oleh 3 Pemateri dari Mesir, Amerika serikat, dan Indonesia di Aula Pascasarjana IAIT kediri pada Hari Kamis 26 Februari 2015. Seminar ini mengusung Tema Doctrin Of Islamic Radicalsm In Middle East  “Doktrin Islam Radikal Di Timur Tengah”.
Berdasarkan pantauan Wartawam Caraka, Peserta seminar sangat berantusias untuk mengikuti acara pada siang itu. Hal itu dibuktikan dari jumlah peserta hadir di absensi  yang melebihi  150 peserta. Angka itu tidak seperti Seminar-seminar lain yang biasanya tidak sampai 70 peserta. ”Seminar internasional kali ini sangatlah ramai dan seru tidak seperti biasanya. kalau bisa, acara semacam ini sering diadakan karena akan menambah wawasan pengetahuan dan wacana kekinian tentang Islam khususnya bagi Mahasiswa di Tribakti” tutur Hasan (20) salah satu peserta Seminar saat diwawancarai Wartawan Caraka.
Pada acara seminar kali ini, Tiga pembicara dihadirkan oleh Panitia dari berbagai belahan dunia yang pertama adalah Syekh Wahid Muhammad, Guru Besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Kedua adalah Geogre vanderbit Ph.D, peneliti Terorisme dari Universitas California Amerika Serikat dan yang ketiga adalah KH. Reza Ahmad  Zahid Lc. MA dari Indonesia yang juga menjabat sebagai wakil Rektor di IAIT.
Pemateri pertama, yakni Syekh Wahid pada pembahasan pertama langsung Mengkritik atas tema seminar kali ini yang menyangkutpautkan antara radikalisme dan Islam. ”Saya tidak setuju radikalisme dikaitkan dengan islam. Alasannya adalah karena islam bukan agama radikal, tidak mengajak terhadap radikal. Nabi Muhammad tidak mengajak kepada ke-radikal-an. Islam adalah agama yang toleran, memaafkan, adil dan mempunyai budi yang agung. Karena Nabi Muhammad diutus bukan untuk membunuh tapi untuk menyempurnakan akhlaq. Nabi juga diutus ke dunia ini tidak hanya untuk umat islam  tapi untuk seluruh penduduk alam semesta baik yang beragama kristen, yahudi, penyembah berhala dan seluruh penghuni alam semesta ini. Rasulullah diutus kepada kaumnya dengan nasehat yang baik, dengan penuh lemah lembut meskipun mendapat perlawanan dan permusuhan dari orang yang tidak suka kepadanya”. Tutur syekh Wahid dengan tegas.
Selain itu Syeikh Wahid juga mencotohkan bahwa Islam itu tidak pernah radikal dari zaman Rasululllah sampai sekarang.” Dapat saya contohkan Malaikat Jibril pernah datang ke Rasulullah dan mengatakan: wahai Rasulullah, seandainya kamu menginginkan orang-orang yang menyakitimu dihancurkan, maka hal tersebut bisa terwujud sekarang juga. tapi Rasulullah menjawab: Saya tidak mengiginkan hal tersebut terjadi biarkan Allah SWT memberikan hikmah kepada mereka sehingga dapat  beriman dengan hati yang tulus bukan dengan kediktatoran, radikalisme dan paksaan. Yang kedua, Rasulullah penah memberi pelajaran kepada Ahli kitab kaum Nashroni dan Yahudi. ketika ada jenazah orang Yahudi melintas di depan Rasulullah yang lagi duduk, kemudian Rasulullah tiba-tiba langsung berdiri. Lantas para sahabat bertanya, ya Rasulullah: kenapa anda berdiri?, bukankah jenasah ini adalah jasad orang yahudi?, Rasulullah menjawab: walaupun ini jenazahnya Orang Yahudi, bukankah ini sama-sama manusia yang juga harus untuk dihormati?. Ketiga, ada sebuah kisah, dimana seorang Yahudi yang mempunyai anjing dan mempunyai rumah di samping rumah Rasulullah. orang Yahudi itu tiap hari membuang kotoran anjingnya di depan rumah Rasulullah. Pada suatu hari Rasulullah mengamati, tidak ada sedikit kotoran pun di depan rumahnya seperti biasanya yang dibuang oleh orang Yahudi. Lalu Rasulullah bertanya kepada Sahabatnya, “Dimana Orang Yahudi yang biasanya naruh kotoran disini”? Sahabatnya menjawab: ”Dia sedang sakit. Walaupun orang Yahudi itu lagi sakit tapi Rasulullah tidak sedikitpun senang. Bahkan Rasulullah menjenguknya sambil menghiburnya”.papar syeikh Wahid. “kalau diihat dari contoh tadi, berarti agama islam adalah agama yang toleran karena Rasulullah tidak pernah mengajarkan radikalisme dan terorisme”. jelasnya.
            Seikh Wahid juga menambahkan bahwa keradikalan yang mengaku-ngaku dari agama Islam dan mengatasnamakan Islam itu bukanlah muncul dari Islam.
“Yang terjadi di negara islam sekarang ini bukanah nilai-nilai Islam dan ajaran Islam, tetapi itu adalah pemikiran yang kotor dan liar yang bukan muncul dari Islam dan itu pemikiran yang ingin menghancurkan dan memporak-porandakan agama Islam. Kita tidak pernah mendengar dalam sejarah Islam bahwa islam memerangi musuhnya dengan membakar, menyembelih hanya karena perbedaan ideologi. Semua itu hanyalah pemikiran liar, yang bertujuan untuk menjelek-jelekkan Islam. sehingga akhir-akhir ini Islam dipandang miring oleh masyarakat dunia. Mereka adalah musuh Islam yang kemudian merampas kekayaan yang dimiliki negara-negara Islam dan ingin mencari pembenaran untuk menghancurkan Islam. Dengan cara menagajak dan mengajari orang islam yang kurang dalam keilmuan Islamnya, kemudian mendoktrinnya dan mengajarinya dengan hadist padahal sebenarnya bukan hadist. Tapi semua itu merupakan kebohongan yang mereka fungsikan untuk menipu orang Islam  sehingga mereka sendirilah yang nantinya akan dimanfaatkan untuk menghancurkan negaranya sendiri” tambah beliau dengan suara lantang.
Di akhir pembicaraannya Syeikh Wahid  memohon kepada Tuhan agar semua umat Islam bisa memahami ajaran Islam dengan sebenar-benarnya dan semoga Allah mengagungkan dan menjadikan Islam agama yang kuat dari segala godaan, tantangan dan badai yang menyerangnya.
Pemateri kedua, Gregory Vanderblit P.hD, pada seminar kali ini menjelaskan bahwa Terorisme dan radikalisme yang ada di dunia ini harus dimusnahkan. Pak Gregory begitulah sapaannya, sangat menyayangkan kekerasan yang terjadi begitu sering di Timur tengah seperti peperangan yang menyebabkan ribuan nyawa hilang dan penghancuran situs-situs agama serta budaya. Pak Gregory yang juga menjadi Dosen jurusan agama dan lintas budaya  Unversitas Gajah Mada (UGM) menambahkan pentingnya bertetangga sebaik mungkin antar agama. Karena dapat dipastikan, ekstrimisme itu bukan hanya ada di satu agama saja, tapi di semua agama di dunia ini. Oleh sebab itulah perdamaian harus dikenalkan dan diajarkan.
Bukan hanya itu, Pak Greg, yang berkewarnegaraan Amerika Serikat mengkritik negaranya sendiri ”apa-apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang, tidak lepas dari kebijakan Amerika yang mempunyai sejarah panjang di dalamnya sehingga sekarang Amerika itu kehilangan kepercayaan dari  negara-negara di dunia” tuturnya.
Di akhir pembicaraannya, Pak Greg berbicara kata-kata bijak dan lucu. “Cintailah musuhmu dan doakanlah bagi yang menginiaya kamu. Terima kasih matur suwun” ujarnya
Pada Pemateri terakhir Gus Reza, begitulah sapaannya, pada seminar kali ini membicarakan Radikalisme secara umum” Kalau kita membahas teroris alangkah lebih baiknya berbicara secara global, jangan menyebutkan nama golongan-golongan yang mempunyai gerakan terorisme karena mereka akan keenakan, mereka mendapatkan promosi gratis yang juga sering dibesarkan oleh majelis-majelis semacam ini. Sekali lagi jangan pernah menyebutkan karena namanya terlalu kecil untuk disebutkan dalam Majelis kita”. tuturnya dengan tegas, diiringi tepuk tangan serentak dari peserta.
Menurut beliau, Terorisme itu bukan berasal dari Bahasa Madura ataupun Sunda akan tetapi berasal dari Bahasa Latin Terere yang artinya adalah gemetar atau menggetarkan.  Dalam Bahasa Indonesia terorisme dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan ketakutan dan terorisme itu mempunyai watak sendiri .“Biasanya terorisme itu mempunyai nilai atau watak mengagetkan atau shock value yang berguna untuk mendapatkan perhatian. Tidak ada gerakan terorisme yang menggunakan gerakan lemah lembut apalagi menggunakan rayuan yang langsung membuat mati mendadak. Itu tidak mungkin” Ungkapnya.
Lebih jauh dari itu, Gus Reza juga membicarakan tentang radikalisme. ”Radikalisme itu secara bahasa mempunyai arti akar, menyeluruh, pangkal atau bagian bawah. Dan radikalisme itu ada tahapan-tahapannya. Yang pertama adalah Pra radikalisasi,dalam tahapan ini keadaan seseorang masih labih seperti kertas putih dan belum ada virus radikal yang masuk kedalam dirinya. Tahapan yang kedua adalah Identifikasi diri, biasanya kalau sudah masuk ke tahapan ini bagi yang kena, maka seperti orang yang waswas atau taghayyur karena sedang mencari jati dirinya dan selalu bertanya yang aneh-aneh seperti tentang kebebasan, doktrin, aqidah dll. Selanjutnya tahapan yang ketiga adalah Indoktrinisasi, orang-orang yang dasar agamanya sedikit maka mereka akan menjadi santapan empuk bagi orang-orang radikal untuk mendoktrinnya. Mereka menjadi prioritas calon anggota untuk dijadikan bagian dari kelompoknya. Sehingga ketika kalian sering sendirian, ngelamun, sering aneh-aneh maka hati-hatilah dengan tamu yang datang, siapa tahu mereka mengajak masuk kedalam jaringan terorisme atau radikalisme. Ketika indoktrinisasi masuk maka mereka akan jadi kader dan masuk pada bagian tahapan yang terakhir yakni  Jihadisasi,  dalam hal ini sudah masuk menjadi anggota dan siap untuk berperang dan mengebom.tuturnya”
Ketika sudah masuk dalam terorisme dan ingin keluar dari terorisme maka perlu adanya rehabilitasi diantaranya rehabilitasi di Pesantren. Dari Badan Intelegen Nasional mengakui bahwa Pondok Pesantren merupakan sebagian tempat rehab yang paling manjur. Karena kalau hanya di lapas atau tahanan, ketika keluar dari situ, mereka tetap jadi teroris, bahkan menjadi musuh Polisi dan penentang negara. Bedahalnya dengan Pondok Pesantren yang merehab melalui hatinya dan ketika hatinya luluh, maka akan kembali kejalan yang benar.

0 komentar:

Posting Komentar