BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
masalah
Tasawuf merupakan salah
satu ilmu yang menjadi bagian penting dalam islam dikarenakan membahas sesuatu
yang tidak bisa dijumpai di ilmu lain. Ilmu tasawuf sendiri mempunyai
rukun-rukun atau boleh dikatakan siafat yang melekat pada ilmu tasawuf seperti
pemaaf, penyabar, tawadhu’, tawakal dan salah satunya yang akan kami bahas
berupa murah hati. Murah hati ini bisa dikatakan bahwa seorang Sufi sudah
jarang sekali untuk kikir dan sering marah-marah karena melekatnya sifat itu di
dalam hati sufi.
B.
Rumusa masalah
1.
Apa pengertian
ramah hati ?.
2.
Bagaimana
dalilnya?.
3.
Apa sajakah
faktor orndukung murah hati?.
4.
Dan bagaimana
metode mendakwahkannya dan pengaplikasiannya?.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Murah Hati
1. Murah hati secara etimologi
Secara bahasa, murah hati pada awalnya berasal dari
terjemahan bahasa arab yaitu الحلم . Kata ini mengandung pengertian yang
cukup banyak seperti lemah lembut, tidak gampang marah dan lain lain.
2. Murah hati
secara terminology
Murah hati
secara terminologi dapat diartikan sebagai suatu sikap tenang dan menahan diri
pada saat marah. Jadi orang yang mempunyai sikap ini tidak akan marah oleh
ejekan orang-orang yang tidak mengetahui dan tidak juga takut dihina oleh
orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, tetapi dia akan mengendalikan diri
pada saat amarahnya bergejolak.[1]
Sifat ini akan
terwujud dengan adanya kesempurnaan ilmu
yang ada pada diri kita. Kemudian setelah itu kita akan bertindak dengan
sangat hati-hati, yaitu bertindak bijak antara ketergesa-gesaan dan sikap sikap
lamban. Ini menunjukkan kecemerlangan dalam
berfikir. Dari sini kemudian muncul sikap sangat agung yang jarang
dimiliki oleh orang awam pada umumnya,
yaitu segi praktis dari sikap sabar dan kehati-hatian yang sering disebut oleh
orang dengan sebutan Ar-Rifqu dimana seseorang akan mengambil hal yang paling
mudah dan lurus, sehingga kita akan melihat orang tersebut sebagai seorang yang
lemah lembut.
Ali bin Abi
thalib mengatakan: “Sesungguhnya sikap Al-hilm pada diri seseorang itu dapat
diketahui ketika dia marah, orang yang marah maka awalnya (pada saat marah itu)
dia seperti orang gila, dan setelahnya yang ada hanya penyesalan”. Karena
seseorang yang marah, bisa terjadi dua kemungkinan padanya. Yang pertama ada
kemungkinan dia tidak bisa mengendalikan emosinya dan dan ia melampiaskan rasa
marahnya itu dengan cara-cara yang buruk, yang menimbulkan banyak kerusakan
baik bagi dirinya maupun bagi orang
lain. Inilah yang disebut oleh Ali bin Abi Tholib sebagai sikap orang
gila, dimana saat itu dia tidak perduli
dengan dirinya dan keadaan orang lain. Setelah marahnya hilang yang timbul
adalah penyesalan, karena seolah-olah ketika ia dalam keadaan marah, ia tidak
sadar apa yang terjadi pada dirinya.
Sementara
kemungkinan kedua adalah dia bisa mengendalikan dirinya dan tidak melampiaskan
kemarahannya, dan inilah yang disebut oleh Ali bin Abi Tholib sebagai sikap
Al-Hilm.
Adapun Ahnaf bin
Qois memaknai al-hilm dengan makna yang lebih luas, yaitu beliau mengatakan
Al-Hilm adalah: “engkau bersabar terhadap apa yang engkau benci”.
Seringkali kita terpancing emosi terutama pada keadaan-keadaan yang
dapat memancing amarah. Bila seseorang dapat menahan emosinya, sewaktu akal
pikirannya lebih dominan daripada emosinya, ketika itulah dia memiliki
sifat al-hilm.
Sifat al-hilm (Murah hati)
hanya dimiliki oleh orang yang memenuhi dua syarat yaitu, kemampuan akal yang
luas, dan kebesaran jiwa.
Kemampuan akal yang luas
menjadikan manusia berpandangan jauh ke depan. Sebelum mengaplikasikan
perbuatan, ia menimbang terlebih dahulu maslahat dan mudharat yang akan
ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Sedangkan kebesaran jiwa mampu menahan
emosinya ketika ia ingin melampiaskan amarahnya kepada orang lain.
Disisi
lain murah hati beda dengan sabar. murah hati adalah menahan diri untuk tidak
membalas dendam atas perlakuan buruk orang lain yang menyakitkan hati dengan
balasan yang sama. Sedangkan sabar adalah menerima dengan lapang dada keadaan
yang tidak menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai, sakit parah,
tertimpa musibah atau kehilangan harta.
Jadi murah hati berkaitan dengan hal-hal yang
manusia masih mampu melakukan aksi balas dendam. Manakala sabar berkaitan
dengan hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia.
B. Dalil-dalil tentang murah hati
Ada
beberapa dalil yang menerangkan murah hati diantarnya adalah
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا
اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
”Sesungguhnya
kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat
al-hilm (mampu menahan emosi) dan alanah (sikap tenang) (HR.Muslim).[2]
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَعَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَا كِلَاهُمَا قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَعَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَا كِلَاهُمَا قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yg paling kuat bukanlah orang yg
tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yg paling kuat adl orang yg
dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah”.(HR. Muslim)
C. Faktor pendukung
sifat murah hati
Ada beberapa hal yang bisa
membantu seseorang memiliki sifat santun dan murah hati dan mengokohkan sifat
itu dalam jiwa-nya, di antaranya sebagai berikut:
1.
Memerangi
kemarahan dan tidak tunduk kepada hal-hal yang membangkitkan emosi. hal itu
bisa dilakukan dengan cara berwudhu, melakukan shalat sunnah, dan berzikir
kepada allah. hal itu akan memadamkan amarah sebagaimana air memadamkan api.
karena itu, Rasulullah memerintahkan kepada kita agar berwudhu dan shalat
ketika ada orang yang membuat emosi kita naik. dengan melakukan tuntunan Rasul
itu, tidak akan terjaid apa-apa. lalu Rasul juga memerintahkan jika emosi
datang dalam keadaan berdiri, maka duduklah. jika dalam keadaan duduk, maka
berbaringlah dengan miring atau telentang.
2. Berteman dengan orang-orang yang bersfat santun dan murah
hati. sesungguhnya orang-orang yang bermurah hai memiliki pengaruh pada jiwa
orang yang mengikutinya. karena mereka bisa belajar dan meneladani sikap murah
hati secara nyata dan meilhat hal itu dengan praktek langsung. hal itu akan
mendorong mereka untuk meneladaninya.
3. Membaca kisah-kisah orang-orang yang murah hati, mengamati
sikap mereka, dan sejauhmana pengaruhnya kepada manusia. bagaimana mereka
mengambil simpati dan mampu mengubah orang yang memusuhi jadi mencintai,
mengubah musuh jadi teman. lantas mengambil manfaat dari ini semua serta
berusaha meneladaninya. sesungguhnya ilmu didapat denga belajar dan sifat murah
hati di dapat dengan usaha untuk bermurah hati.
4. Merasakan pahala orang yang bersikap santun dan murah hati,
bagaimana Allah telah menyiapkan untuk mereka nikmat abadi dan bidadari yang
cantik jelita. hal itu dilakukan dengan cara membaca nash-nash dari al-qur'an
dan sunnah mengenai pahala orang-orang yang bermurah hati.
5. Menakut-nakuti manusia akan akibat marah dan pembalasan yang
akan diterima di dunia dan diakhirat. hendaknya ia berkata pada dirinya, "kekuasaan
Allah lebih besar dari kekuasaanku atas orang ini. jika aku melampiaskan
amarahku, maka aku tidak aman jika Allah melampiaskan amarahnya padaku besok
pada hari kiamat. aku jauh lebih membutuhkan ampunan."[3]
D. Pengaplikasian sifat murah hati
Ketika seseorang mampu
menahan amarahnya, maka ia diberikan keburuntungan yang besar oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, yaitu ia akan terhindar dari akibat buruk amarahnya, dia
akan terhindar dari godaan setan untuk mempermainkan dirinya, bahkan Allah akan
beri cahaya dalam pemikirannya sehingga ia bisa menimbang segala sesuatu dengan
adil dan bijak.
Pernah suatu ketika Umar bin
Abdul Aziz, seorang khalifah yang adil dan bijak, masuk ke dalam masjid dalam
kegelapan. Rupanya Umar melewati seorang laki-laki yang sedang tidur di masjid
itu. Tidak sengaja beliau menginjak salah satu bagian dari tubuh orang itu. Spontan
orang itu berdiri lalu berkata, “Apakah kamu sudah gila?”
Maka pengawal Umar hendak memukul orang
itu. Namun Umar berkata, “Jangan! Dia tadi hanya bertanya kepadaku, apakah
aku sudah gila? Dan aku menjawab, ‘Tidak.’”
Masya Allah, begitu indah sifat al-hilm yang
menghiasi akhlak Khalifah Umar bin Abdul aziz. Beliau lebih memilih untuk
bersikap bijak dan tidak tergesa-gesa, padahal beliau berkedudukan sebagai
khalifah pada masa itu. Secara logika, bisa saja beliau memerintahkan
pengawalnya untuk menghukum laki-laki itu.[4]
E. Metode mendakwahkan
sikap murah hati
Dalam
ilmu dakwah ada beberapa metode untuk menyampaikan pesan agar mudah ditiru oleh
Mad’u. Yaitu meode ceramah, tanya jawab, diskusi, propaganda dan keteladanan.
Menurut
hemat saya agar sikap murah hati yang dihadirkan oleh seorang sufi bisa
semaksimal mungkin dicerna, maka yang perlu digunakan sebagai metode dakwah
yaitu metode keteladanan. Maksudnya Sufi yang dalam hal ini juga menjadi Da’i
harus punya suri tauladan yang baik agar ditiru orang lain dengan catatan tanpa
diiringi sifat riya’.
Dengan
menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti sutu cara penyajian
dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan
tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Murah hati atau al-Hilm
adalah sikap tenang dan
menahan diri pada saat marah
2. Salah
satu dalil murah hati adalah
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ
يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
”Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat
dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan
alanah (sikap tenang) (HR.Muslim)
3.
Faktor pendukung
sifat murah hati
adalah:
a.
Memerangi kemarahan dan
tidak tunduk kepada hal-hal yang membangkitkan emosi.
b.
Berteman dengan
orang-orang yang bersfat santun dan murah hati.
c.
Membaca kisah-kisah
orang-orang yang murah hati, mengamati sikap mereka, dan sejauhmana pengaruhnya
kepada manusia.
d.
Merasakan pahala orang
yang bersikap santun dan murah hati
e.
Menakut-nakuti manusia
akan akibat marah dan pembalasan yang akan diterima di dunia dan diakhirat
4.
Cara mendakwahkan sifat
murah hati bisa dilakukan dengan memakai metode dakwah keteladanan
B.
Daftar pustaka
1.
Menyucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs),Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu
Faris Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
2.
Shoheh Muslim,
Imam Muslim, Darul Kutub Islamiyah (DKI)
4.
Ilmu dakwah,drs Samsul munir Amin.
M.A., Surabaya 2009.
[1]
Menyucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs),Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
0 komentar:
Posting Komentar