Selasa, 04 Oktober 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.              Latar belakang masalah
Tasawuf merupakan salah satu ilmu yang menjadi bagian penting dalam islam dikarenakan membahas sesuatu yang tidak bisa dijumpai di ilmu lain. Ilmu tasawuf sendiri mempunyai rukun-rukun atau boleh dikatakan siafat yang melekat pada ilmu tasawuf seperti pemaaf, penyabar, tawadhu’, tawakal dan salah satunya yang akan kami bahas berupa murah hati. Murah hati ini bisa dikatakan bahwa seorang Sufi sudah jarang sekali untuk kikir dan sering marah-marah karena melekatnya sifat itu di dalam hati sufi.

B.               Rumusa masalah
1.      Apa pengertian ramah hati ?.
2.      Bagaimana dalilnya?.
3.      Apa sajakah faktor orndukung murah hati?.
4.      Dan bagaimana metode mendakwahkannya dan pengaplikasiannya?.















BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Murah Hati
1. Murah hati secara etimologi
Secara bahasa, murah hati pada awalnya berasal dari terjemahan bahasa arab yaitu  الحلم . Kata ini mengandung pengertian yang cukup banyak seperti lemah lembut, tidak gampang marah dan lain lain.
2.   Murah hati secara terminology
Murah hati secara terminologi dapat diartikan sebagai suatu sikap tenang dan menahan diri pada saat marah. Jadi orang yang mempunyai sikap ini tidak akan marah oleh ejekan orang-orang yang tidak mengetahui dan tidak juga takut dihina oleh orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, tetapi dia akan mengendalikan diri pada saat amarahnya bergejolak.[1]
Sifat ini akan terwujud dengan adanya kesempurnaan ilmu  yang ada pada diri kita. Kemudian setelah itu kita akan bertindak dengan sangat hati-hati, yaitu bertindak bijak antara ketergesa-gesaan dan sikap sikap lamban. Ini menunjukkan kecemerlangan dalam  berfikir. Dari sini kemudian muncul sikap sangat agung yang jarang dimiliki oleh orang awam  pada umumnya, yaitu segi praktis dari sikap sabar dan kehati-hatian yang sering disebut oleh orang dengan sebutan Ar-Rifqu dimana seseorang akan mengambil hal yang paling mudah dan lurus, sehingga kita akan melihat orang tersebut sebagai seorang yang lemah lembut.
Ali bin Abi thalib mengatakan: “Sesungguhnya sikap Al-hilm pada diri seseorang itu dapat diketahui ketika dia marah, orang yang marah maka awalnya (pada saat marah itu) dia seperti orang gila, dan setelahnya yang ada hanya penyesalan”. Karena seseorang yang marah, bisa terjadi dua kemungkinan padanya. Yang pertama ada kemungkinan dia tidak bisa mengendalikan emosinya dan dan ia melampiaskan rasa marahnya itu dengan cara-cara yang buruk, yang menimbulkan banyak kerusakan baik bagi dirinya maupun bagi orang  lain. Inilah yang disebut oleh Ali bin Abi Tholib sebagai sikap orang gila,  dimana saat itu dia tidak perduli dengan dirinya dan keadaan orang lain. Setelah marahnya hilang yang timbul adalah penyesalan, karena seolah-olah ketika ia dalam keadaan marah, ia tidak sadar apa yang terjadi pada dirinya.
Sementara kemungkinan kedua adalah dia bisa mengendalikan dirinya dan tidak melampiaskan kemarahannya, dan inilah yang disebut oleh Ali bin Abi Tholib sebagai sikap Al-Hilm.
Adapun Ahnaf bin Qois memaknai al-hilm dengan makna yang lebih luas, yaitu beliau mengatakan Al-Hilm adalah: “engkau bersabar terhadap apa yang engkau benci”.
Seringkali kita terpancing emosi terutama pada keadaan-keadaan yang dapat memancing amarah. Bila seseorang dapat menahan emosinya, sewaktu akal pikirannya lebih dominan daripada emosinya, ketika itulah dia memiliki sifat al-hilm.
Sifat al-hilm (Murah hati) hanya dimiliki oleh orang yang memenuhi dua syarat yaitu, kemampuan akal yang luas, dan kebesaran jiwa.
Kemampuan akal yang luas menjadikan manusia berpandangan jauh ke depan. Sebelum mengaplikasikan perbuatan, ia menimbang terlebih dahulu maslahat dan mudharat yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Sedangkan kebesaran jiwa mampu menahan emosinya ketika ia ingin melampiaskan amarahnya kepada orang lain.
            Disisi lain murah hati beda dengan sabar. murah hati adalah menahan diri untuk tidak membalas dendam atas perlakuan buruk orang lain yang menyakitkan hati dengan balasan yang sama. Sedangkan sabar adalah menerima dengan lapang dada keadaan yang tidak menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai, sakit parah, tertimpa musibah atau kehilangan harta.
Jadi murah hati berkaitan dengan hal-hal yang manusia masih mampu melakukan aksi balas dendam. Manakala sabar berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia.

B.   Dalil-dalil tentang murah hati
Ada beberapa dalil yang menerangkan murah hati diantarnya adalah
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan alanah (sikap tenang) (HR.Muslim).[2]
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَعَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَا كِلَاهُمَا قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yg paling kuat bukanlah orang yg tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yg paling kuat adl orang yg dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah”.(HR. Muslim)
C.   Faktor pendukung  sifat murah  hati
Ada beberapa hal yang bisa membantu seseorang memiliki sifat santun dan murah hati dan mengokohkan sifat itu dalam jiwa-nya, di antaranya sebagai berikut:
1.                  Memerangi kemarahan dan tidak tunduk kepada hal-hal yang membangkitkan emosi. hal itu bisa dilakukan dengan cara berwudhu, melakukan shalat sunnah, dan berzikir kepada allah. hal itu akan memadamkan amarah sebagaimana air memadamkan api. karena itu, Rasulullah memerintahkan kepada kita agar berwudhu dan shalat ketika ada orang yang membuat emosi kita naik. dengan melakukan tuntunan Rasul itu, tidak akan terjaid apa-apa. lalu Rasul juga memerintahkan jika emosi datang dalam keadaan berdiri, maka duduklah. jika dalam keadaan duduk, maka berbaringlah dengan miring atau telentang.
2.         Berteman dengan orang-orang yang bersfat santun dan murah hati. sesungguhnya orang-orang yang bermurah hai memiliki pengaruh pada jiwa orang yang mengikutinya. karena mereka bisa belajar dan meneladani sikap murah hati secara nyata dan meilhat hal itu dengan praktek langsung. hal itu akan mendorong mereka untuk meneladaninya.
3.         Membaca kisah-kisah orang-orang yang murah hati, mengamati sikap mereka, dan sejauhmana pengaruhnya kepada manusia. bagaimana mereka mengambil simpati dan mampu mengubah orang yang memusuhi jadi mencintai, mengubah musuh jadi teman. lantas mengambil manfaat dari ini semua serta berusaha meneladaninya. sesungguhnya ilmu didapat denga belajar dan sifat murah hati di dapat dengan usaha untuk bermurah hati.
4.         Merasakan pahala orang yang bersikap santun dan murah hati, bagaimana Allah telah menyiapkan untuk mereka nikmat abadi dan bidadari yang cantik jelita. hal itu dilakukan dengan cara membaca nash-nash dari al-qur'an dan sunnah mengenai pahala orang-orang yang bermurah hati.
5.         Menakut-nakuti manusia akan akibat marah dan pembalasan yang akan diterima di dunia dan diakhirat. hendaknya ia berkata pada dirinya, "kekuasaan Allah lebih besar dari kekuasaanku atas orang ini. jika aku melampiaskan amarahku, maka aku tidak aman jika Allah melampiaskan amarahnya padaku besok pada hari kiamat. aku jauh lebih membutuhkan ampunan."[3]
D.   Pengaplikasian sifat murah hati
Ketika seseorang mampu menahan amarahnya, maka ia diberikan keburuntungan yang besar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu ia akan terhindar dari akibat buruk amarahnya, dia akan terhindar dari godaan setan untuk mempermainkan dirinya, bahkan Allah akan beri cahaya dalam pemikirannya sehingga ia bisa menimbang segala sesuatu dengan adil dan bijak.
Pernah suatu ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang adil dan bijak, masuk ke dalam masjid dalam kegelapan. Rupanya Umar melewati seorang laki-laki yang sedang tidur di masjid itu. Tidak sengaja beliau menginjak salah satu bagian dari tubuh orang itu. Spontan orang itu berdiri lalu berkata, “Apakah kamu sudah gila?
Maka pengawal Umar hendak memukul orang itu. Namun Umar berkata, “Jangan! Dia tadi hanya bertanya kepadaku, apakah aku sudah gila? Dan aku menjawab, ‘Tidak.’
Masya Allah, begitu indah sifat al-hilm yang menghiasi akhlak Khalifah Umar bin Abdul aziz. Beliau lebih memilih untuk bersikap bijak dan tidak tergesa-gesa, padahal beliau berkedudukan sebagai khalifah pada masa itu. Secara logika, bisa saja beliau memerintahkan pengawalnya untuk menghukum laki-laki itu.[4]
E.   Metode mendakwahkan sikap murah hati
            Dalam ilmu dakwah ada beberapa metode untuk menyampaikan pesan agar mudah ditiru oleh Mad’u. Yaitu meode ceramah, tanya jawab, diskusi, propaganda dan keteladanan.
            Menurut hemat saya agar sikap murah hati yang dihadirkan oleh seorang sufi bisa semaksimal mungkin dicerna, maka yang perlu digunakan sebagai metode dakwah yaitu metode keteladanan. Maksudnya Sufi yang dalam hal ini juga menjadi Da’i harus punya suri tauladan yang baik agar ditiru orang lain dengan catatan tanpa diiringi sifat riya’.
            Dengan menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti sutu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya.[5]




















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Murah hati atau al-Hilm adalah sikap tenang dan menahan diri pada saat marah
2.      Salah satu dalil murah hati adalah 
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan alanah (sikap tenang) (HR.Muslim)
3.      Faktor pendukung  sifat murah  hati adalah:
a.       Memerangi kemarahan dan tidak tunduk kepada hal-hal yang membangkitkan emosi.
b.      Berteman dengan orang-orang yang bersfat santun dan murah hati.
c.       Membaca kisah-kisah orang-orang yang murah hati, mengamati sikap mereka, dan sejauhmana pengaruhnya kepada manusia.
d.      Merasakan pahala orang yang bersikap santun dan murah hati
e.       Menakut-nakuti manusia akan akibat marah dan pembalasan yang akan diterima di dunia dan diakhirat
4.      Cara mendakwahkan sifat murah hati bisa dilakukan dengan memakai metode dakwah keteladanan


B.       Daftar pustaka
1.      Menyucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs),Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
2.      Shoheh Muslim, Imam Muslim, Darul Kutub Islamiyah (DKI)
4.      Ilmu dakwah,drs Samsul munir Amin. M.A., Surabaya 2009.



[1] Menyucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs),Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

[2]  Shoheh Muslim, Imam Muslim, DKI, hal: 2165
[3] Ibid, Hal 1
[4] https://muslimah.or.id/5379-hiasi-akhlak-dengan-kelembutan-al-hilm.html
[5] Drs. Samsul Munir Ain, M.A ilmu dakwaj, Jakarta: AMZAH 2009, hal. 103

0 komentar:

Posting Komentar