Kamis, 17 November 2016




        By: Khairul Mufid   
  BAB I
PENDAHULUAN
A.                   Latar Belakang Masalah
Sebelum saya menguraikan hasil dari analisis saya, saya gambarkan dulu apa itu analisis framing. Analisis framing  adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Secara sederhana, Framing adalah membingkai sebuah peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.[1] Ketika berbicaranya dalam analisis buku, maka bagaimana perspektif yang digunakan team Penulis dalam menulis buku. Dalam hal ini buku “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj”.

B.     Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa macam rumusan masalah yang terdapat didalamnya (disesuaikan dengan cara dan proses untuk menganalisis framing):
1.      Identifikasi masalah
2.      Penyebab masalah
3.      Evaluasi moral (penilaian  masalah)
4.     Saran dan solusi masalah
BAB II
PEMBAHASAN
    A.    Identidikasi masalah
Buku “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj” ditulis oleh Mohammad   Achyat Ahmad, Achmad Qusyairi Ismail, Achmad Shiddiq, dan faiz Jawami’ Amzad. Dengan mendiskripsikan bagaimana pemikiran-pemikiran KH. Said Aqil Siroj dalam “Buku Tasawuf Sebagai Kritik Sosial” yang melenceng menurut kacamata mereka. Buku yang dieditori oleh Ahmad Muntahal Hadi ini, pada awalnya menolak argumentasi KH. Said Aqil Siroj, sebenarnya kembali lagi jatuh kepada masalah-masalah berikutnya yang baru berkelanjutan.
    B.     Penyebab Masalah
Penyebab masalah dalam hal ini (Buku” Tasawuf Sebagai Kritik Sosial”) terletak di beberapa hasil karya tulis di dalamnya. Berikut saya paparkaan sebagian isi buku itu yang perlu ditalaah  lagi lebih mendalam.
“Maka sebagai orang yang sejak awal sudah berbaur dan menyatu dalam lingkungan dan tradisi NU, mulai kultural hingga struktural, sejak duduk di kepengurusan terbawah hingga teratas, tentu KH. Said Aqil Sirojsudah tahu, mengetahui dan faham betulakan segala hal yang berhubungan dengan ke-NU-an, baik secara tradisi, kultrul-budaya, pemikiran, keyakinan dan lain sebagainya.
Namun kemudian, persinggungan beliau engan dunia luar , baik dengan para pemikir Wahabi ketika beliau belajar di Mekkah, maupun dengan para pemikir Syi’ah dan Liberal yang telah menimbu ilmu dari barat, telah membikin KH. Said Aqil Siroj menjelma sebagai pemikir kontroversial justru dalam tubuh NU sendiri.
Dari sini tentu tidak terlalu mengejutkan, jika kemudian KH. Said Aqil Siroj rajin melontarkan statemen-statemen nyeleneh, kontroversial dan meresahkan masyarakat NU sendiri, yang tentu sangat tidak penting dan tak perlu diungkapkan oleh Ketua umum PBNU semacam beliau.
Itulah sebabnya sejak awal kritik telah dilayangkan terhadap KH. Said Aqil Siroj oleh para tokoh NU sendiri, meski tentu saja segera bisa diduga jika kritik-kritik tersebut tidak digubris oleh beliau. Bagaimanapun, KH. Said Aqil Siroj kemudian menjelma sebagai suatu ambivalensi di dalam tubuh NU; mau dibilang NU pemikirannya sama sekali tidak mencermi kan NU, mau dibilang bukan NU beliau justru tinggal tepat di jantung NU”.[2]
Itulah hanya sekelintir isi “Buku Tasawuf Sebagai Kritik Sosial” yang akan saya analisa di bawah ini.
     C.    Evaluasi moral (penilaian masalah)
Dengan konten seperti di atas ada beberapa analisis yang saya hasilkan:
1.              Penulis Buku “Sidogiri menolak pemikiran KH. Said Aqil Siroj” sangat berlebihan menilai KH. Said Aqil Siroj sebagai tokoh yang pemikirannya sama sekali tidak mencermi kan NU. Penilaian itu terlalu tergesa-gesa dan sangat subjektif. Padahal kalu melihat ke belakang, KH. Said Aqil Siroj dari kecil dididik dan dibesarkan oleh produk Pondok Pesantren yang dapat dipastikan ajaran NU telah melekat dalam jati dirinya. Ditambah lagi dengan pengetahuan ke-ASWAJA-an secara konkrit yang didapat dari organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Yogyakarta.
2.              Klaim yang menuduh KH. Said Aqil Siroj sebagai Wahabi itu sama sekali tidak dibenarkan. Karana Wahabi itu sendiri mempunyai proyek dokrin yang sangat anti bahkan mengkafirkan tradisi-tradisi NU. Seperti halnya ziarah kubur, tawassul dan lain-lain. Sedangkan KH. Said Aqil Siroj tidak sama sekali seperti itu dan menolak doktrin-doktrin yang dilancarkan Wahabi.
    D.    Saran dan solusi masalah
1.                   Saya hanya bisa mengharap kepada penulis “Buku Sidogiri menolak pemikiran KH. Said Aqil Siroj” pada khususnyan, dan semua penulis pada umumnya untuk kembali lagi membuka dan mencari cakrawala pengetahuan yang sangat luas. Saya kira Penulis buku ini hanya menggunakan satu  perspektif ilmu (ilmu fiqh). dalam beberapa Bidang ilmu lain belum sepenuhnya dikuasai. Seperti ilmu pradaban, kenegaraan bahkan politik, sehingga menyebabkan penilaian seperti di atas.
2.                   Jangan terlalu tergesa-gesa atau terburu-buru dalam mengklaim KH. Said Aqil Siroj tidak sesuai dengan NU. Perlu telaah kembali secara mendalam dan lengkap.


BAB III
PENUTUP
A.                   Kesimpulan
Saya hanya bisa menyimpulkan sedikit dari sebagian isi buku “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj”, yakni ; Jangan merasa diri sendiri paling benar, sebab orang lain itu belum tentu salah.

B.                   Daftar Pustaka
2. Sidogiri Menolak pemikiran KH. Said Aqil siroj, Sidogiri Penerbit, Pasuruan, 1437 H.



[1]. https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_framing
[2] . Sidogiri Menolak pemikiran KH. Said Aqil siroj, Sidogiri Penerbit, hal:126-127

0 komentar:

Posting Komentar