By: Khairul Mufid
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sebelum saya menguraikan hasil dari analisis saya,
saya gambarkan dulu apa itu analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis media,
seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Secara sederhana, Framing
adalah membingkai sebuah peristiwa, atau dengan kata lain framing digunakan
untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan
atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita.[1]
Ketika berbicaranya dalam analisis buku, maka bagaimana perspektif yang
digunakan team Penulis dalam menulis buku. Dalam hal ini buku “Sidogiri Menolak
Pemikiran KH. Said Aqil Siroj”.
B. Rumusan
masalah
Dari latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
macam rumusan masalah yang terdapat didalamnya (disesuaikan dengan cara dan
proses untuk menganalisis framing):
1. Identifikasi masalah
2. Penyebab masalah
3. Evaluasi moral (penilaian masalah)
4. Saran dan solusi masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Identidikasi masalah
Buku “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj”
ditulis oleh Mohammad Achyat Ahmad, Achmad
Qusyairi Ismail, Achmad Shiddiq, dan faiz Jawami’ Amzad. Dengan mendiskripsikan
bagaimana pemikiran-pemikiran KH. Said Aqil Siroj dalam “Buku Tasawuf Sebagai
Kritik Sosial” yang melenceng menurut kacamata mereka. Buku yang dieditori oleh
Ahmad Muntahal Hadi ini, pada awalnya menolak argumentasi KH. Said Aqil Siroj,
sebenarnya kembali lagi jatuh kepada masalah-masalah berikutnya yang baru berkelanjutan.
B.
Penyebab Masalah
Penyebab masalah dalam hal
ini (Buku” Tasawuf Sebagai Kritik Sosial”) terletak di beberapa hasil karya
tulis di dalamnya. Berikut saya paparkaan sebagian isi buku itu yang perlu ditalaah lagi lebih mendalam.
“Maka sebagai orang yang
sejak awal sudah berbaur dan menyatu dalam lingkungan dan tradisi NU, mulai
kultural hingga struktural, sejak duduk di kepengurusan terbawah hingga
teratas, tentu KH. Said Aqil Sirojsudah tahu, mengetahui dan faham betulakan
segala hal yang berhubungan dengan ke-NU-an, baik secara tradisi, kultrul-budaya,
pemikiran, keyakinan dan lain sebagainya.
Namun kemudian,
persinggungan beliau engan dunia luar , baik dengan para pemikir Wahabi ketika
beliau belajar di Mekkah, maupun dengan para pemikir Syi’ah dan Liberal yang
telah menimbu ilmu dari barat, telah membikin KH. Said Aqil Siroj menjelma sebagai
pemikir kontroversial justru dalam tubuh NU sendiri.
Dari sini tentu tidak terlalu
mengejutkan, jika kemudian KH. Said Aqil Siroj rajin melontarkan
statemen-statemen nyeleneh, kontroversial dan meresahkan masyarakat NU sendiri,
yang tentu sangat tidak penting dan tak perlu diungkapkan oleh Ketua umum PBNU
semacam beliau.
Itulah sebabnya sejak awal
kritik telah dilayangkan terhadap KH. Said Aqil Siroj oleh para tokoh NU
sendiri, meski tentu saja segera bisa diduga jika kritik-kritik tersebut tidak
digubris oleh beliau. Bagaimanapun, KH. Said Aqil Siroj kemudian menjelma
sebagai suatu ambivalensi di dalam tubuh NU; mau dibilang NU pemikirannya sama
sekali tidak mencermi kan NU, mau dibilang bukan NU beliau justru tinggal tepat
di jantung NU”.[2]
Itulah hanya sekelintir isi “Buku
Tasawuf Sebagai Kritik Sosial” yang akan saya analisa di bawah ini.
C.
Evaluasi moral (penilaian masalah)
Dengan konten seperti di atas ada beberapa analisis yang saya hasilkan:
1.
Penulis Buku “Sidogiri menolak pemikiran KH. Said Aqil Siroj” sangat
berlebihan menilai KH. Said Aqil Siroj sebagai tokoh yang pemikirannya sama
sekali tidak mencermi kan NU. Penilaian itu terlalu tergesa-gesa dan sangat
subjektif. Padahal kalu melihat ke belakang, KH. Said Aqil Siroj dari kecil
dididik dan dibesarkan oleh produk Pondok Pesantren yang dapat dipastikan
ajaran NU telah melekat dalam jati dirinya. Ditambah lagi dengan pengetahuan
ke-ASWAJA-an secara konkrit yang didapat dari organisasi Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) Cabang Yogyakarta.
2.
Klaim yang menuduh KH. Said Aqil Siroj sebagai Wahabi itu sama sekali tidak
dibenarkan. Karana Wahabi itu sendiri mempunyai proyek dokrin yang sangat anti
bahkan mengkafirkan tradisi-tradisi NU. Seperti halnya ziarah kubur, tawassul
dan lain-lain. Sedangkan KH. Said Aqil Siroj tidak sama sekali seperti itu dan
menolak doktrin-doktrin yang dilancarkan Wahabi.
D.
Saran dan solusi masalah
1.
Saya hanya bisa mengharap kepada penulis “Buku Sidogiri menolak pemikiran KH.
Said Aqil Siroj” pada khususnyan, dan semua penulis pada umumnya untuk kembali
lagi membuka dan mencari cakrawala pengetahuan yang sangat luas. Saya kira
Penulis buku ini hanya menggunakan satu perspektif ilmu (ilmu fiqh). dalam beberapa
Bidang ilmu lain belum sepenuhnya dikuasai. Seperti ilmu pradaban, kenegaraan
bahkan politik, sehingga menyebabkan penilaian seperti di atas.
2.
Jangan terlalu tergesa-gesa atau terburu-buru dalam mengklaim KH. Said Aqil
Siroj tidak sesuai dengan NU. Perlu telaah kembali secara mendalam dan lengkap.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saya hanya bisa
menyimpulkan sedikit dari sebagian isi buku “Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said
Aqil Siroj”, yakni ; Jangan merasa diri sendiri paling benar, sebab orang
lain itu belum tentu salah.
B.
Daftar Pustaka
2. Sidogiri Menolak pemikiran KH.
Said Aqil siroj, Sidogiri Penerbit, Pasuruan, 1437 H.
0 komentar:
Posting Komentar